Popular Post

Popular Posts

About

Posted by : adelia nursita sari Sabtu, 29 April 2017

Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial di Indonesia
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir ditengah masyarakat. Kemiskinan sebagai fenomena sosial yang telah lama ada, berkembang sejalan dengan peradaban manusia. Masyarakat miskin pada umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi sehingga seringkali makin tertinggal jauh dari masyarakat lain yang memiliki potensi tinggi. Substansi kemiskinan adalah kondisi deprevasi tehadap sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dasar yang berupa sandang, pangan, papan, dan pendidikan dasar (Sudibyo, 1995:11).
Kemiskinan juga sering disandingkan dengan kesenjangan, karena masalah kesenjangan mempunyai kaitan erat dengan masalah kemiskinan. Substansi kesenjangan adalah ketidakmerataan akses terhadap sumber daya ekonomi. Sudibyo (1995:11) mengatakan bahwa “apabila berbicara mengenai kemiskinan maka kemiskinan dinilai secara mutlak, sedangkan penilaian terhadap kesenjangan digunakan secara relatif”. Dalam suatu masyarakat mungkin tidak ada yang miskin, tapi kesenjangan masih dapat terjadi di dalam masyarakat tersebut.
Sebagian besar dari penduduk miskin ini tinggal diperdesaan dengan mata pencaharian pokok dibidang-bidang pertanian dan kegiatan-kegiatan lainnya yang erat hubungannya dengan sektor ekonomi tradisional tersebut. Kehidupan mereka bergantung pada pola pertanian yang subsistem, baik petani kecil atau pun buruh tani yang berpenghasilan rendah, ataupun bekerja dalam sektor jasa kecil-kecilan dan berpenghasilan pas-pasan. Fenomena banyaknya urbanisasi penduduk desa ke kota menunjukkan bahwa adanya ketidakmerataan pembangunan di perdesaan. Terbatasnya fasilitas umum, kecilnya pendapatan, dan terbatasnya pekerjaan dan dalih mencari kehidupan lebih baik menjadi alasan urbanisasi ini. Permasalahan tersebut menyiratkan adanya ketidakmerataan dan kesenjangan antara perdesaan dan perkotaan.
Pada Maret 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,01 juta orang (10,86 persen), berkurang sebesar 0,50 juta orang dibandingkan dengan kondisi September 2015 yang sebesar 28,51 juta orang (11,13 persen).Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2015 sebesar 8,22 persen, turun menjadi 7,79 persen pada Maret 2016. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan naik dari 14,09 persen pada September 2015 menjadi 14,11 persen pada Maret 2016.Selama periode September 2015–Maret 2016, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 0,28 juta orang (dari 10,62 juta orang pada September 2015 menjadi 10,34 juta orang pada Maret 2016), sementara di daerah perdesaan turun sebanyak 0,22 juta orang (dari 17,89 juta orang pada September 2015 menjadi 17,67 juta orang pada Maret 2016).
Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2016 tercatat sebesar 73,50 persen, kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi September 2015 yaitu sebesar 73,07 persen.Jenis komoditi makanan yang berpengaruh terbesar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan maupun di perdesaan, di antaranya adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, gula pasir, mie instan, bawang merah dan roti. Sedangkan untuk komoditi bukan makanan yang terbesar pengaruhnya adalah biaya perumahan, listrik, bensin, pendidikan, dan perlengkapan mandi.
DAMPAK KEMISKINAN

Pengangguran merupakan dampak dari kemiskinan, berhubung pendidikan dan keterampilan merupakan hal yang sulit diraih masyarakat, maka masyarakat sulit untuk berkembang dan mencari pekerjaan  yang layak untuk memenuhi kebutuhan. Dikarenakan sulit untuk bekerja, maka tidak adanya pendapatan membuat pemenuhan kebutuhan sulit, kekurangan nutrisi dan kesehatan, dan tak dapat memenuhi kebutuhan penting lainnya. Misalnya saja harga beras yang semakin meningkat, orang yang pengangguran sulit untuk membeli beras, maka mereka makan seadanya. Seorang pengangguran yang tak dapat memberikan makan kepada anaknya akan menjadi dampak yang buruk bagi masa depan sehingga akan mendapat kesulitan untuk waktu yang lama.
Kriminalitas merupakan dampak lain dari kemiskinan. Kesulitan mencari nafkah mengakibatkan orang lupa diri sehingga mencari jalan cepat tanpa memedulikan halal atau haramnya uang sebagai alat tukar guna memenuhi kebutuhan. Misalnya saja perampokan, penodongan, pencurian, penipuan, pembegalan, penjambretan dan masih banyak lagi contoh kriminalitas yang bersumber dari kemiskinan. Mereka melakukan itu semua karena kondisi yang sulit mencari penghasilan untuk keberlangsungan hidup dan lupa akan nilai-nilai yang berhubungan dengan Tuhan. Di era global dan materialisme seperti sekarang ini tak heran jika kriminalitas terjadi dimanapun.
Putusnya sekolah dan kesempatan pendidikan sudah pasti merupakan dampak kemiskinan. Mahalnya biaya pendidikan menyebabkan rakyat miskin putus sekolah karena tak lagi mampu membiayai sekolah. Putus sekolah dan hilangnya kesempatan pendidikan akan menjadi penghambat rakyat miskin dalam menambah keterampilan, menjangkau cita-cita dan mimpi mereka. Ini menyebabkan kemiskinan yang dalam karena hilangnya kesempatan untuk bersaing dengan global dan hilangnya kesempatan mendapatkan pekerjaan yang layak.
Kesehatan sulit untuk didapatkan karena kurangnya pemenuhan gizi sehari-hari akibat kemiskinan membuat rakyat miskin sulit menjaga kesehatannya. Belum lagi biaya pengobatan yang mahal di klinik atau rumah sakit yang tidak dapat dijangkau masyarakat miskin. Ini menyebabkan gizi buruk atau banyaknya penyakit yang menyebar.
Buruknya generasi penerus adalah dampak yang berbahaya akibat kemiskinan. Jika anak-anak putus sekolah dan bekerja karena terpaksa, maka akan ada gangguan pada anak-anak itu sendiri seperti gangguan pada perkembangan mental, fisik dan cara berfikir mereka. Contohnya adalah anak-anak jalanan yang tak mempunyai tempat tinggal, tidur dijalan, tidak sekolah, mengamen untuk mencari makan dan lain sebagainya. Dampak kemiskinan pada generasi penerus merupakan dampak yang panjang dan buruk karena anak-anak seharusnya mendapatkan hak mereka untuk bahagia, mendapat pendidikan, mendapat nutrisi baik dan lain sebagainya. Ini dapat menyebabkan mereka terjebak dalam kesulitan hingga dewasa dan berdampak pada generasi penerusnya.
Di suatu Negara sebesar Indonesia yang memiliki kekayaan alam yang cukup banyak, sumber daya manusia yang besar dengan wilayah yang sedemikian luas tentunya suatu keunggulan. Dibandingkan Negara kecil yang luas wilayahnya terbatas, tidak memiliki kekayaan alam seberapa. Dalam teori manajemen tentu kita masuk kategori unggul sumber daya alam banyak, sumber daya manusia banyak, teknologi mendukung. Namun kenyataan ini menjadi berbeda ketika kita melihat Negara Indonesia justru banyak angka kemiskinannya dimana di jalan masih dapat kita lihat rakyat masih tinggal di pemukiman kumuh, kesulitan mendapat pekerjaan, tidak dapat melanjutkan sekolah, kekurangan gizi. Disatu sisi ada sekelompok masyarakat yang hidupnya mewah dengan rumah besar, mobil mewah, pendidikan tinggi.
Semakin hari semakin tampak kesenjangan sosial itu. Padahal peranan Negara sangat penting dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat disini. Kita bisa berbicara ini stratifikasi sosial bahwa ada tingkatan ekonomi masyarakat yang tidak semua sama. Dalam kehidupan ada yang namanya si kaya dan si miskin. Tampaknya kesenjangan antara si kaya dan si miskin makin hari menjadi-jadi. Hal ini justru menimbulkan kerawanan sosial dimana tingkat kejahatan semakin meningkat, kemiskinan, pendidikan rendah, kekurangan gizi, penyakitan dan sebagainya.. Tujuan suatu Negara adalah mewujudkan masyarakat yang makmur dan sejahtera. Bukan saja memakmurkan satu golongan tetapi memberikan kemakmuran pada semua masyarakatnya. Akan tampak aneh kalau kelompok kaya dengan mobil ratusan juta rupiah berseliweran di jalan dan pengemis yang kelaparan di jalan. Kalau kita sadar akan kondisi ini mestinya kita berpikir ada yang keliru dengan Negara ini. Negara berperan penting dalam mewujudkan fasilitas yang layak sesuai standar di Negara tersebut. Kebutuhan primer seperti makanan pokok, pakaian, perumahan, pendidikan, kesehatan harus diberikan dengan baik. Pembangunan fasilitas umum seperti jalan, listrik, sekolah, rumah sakit. Tugas Negara dalam mengatur pajak masyarakat yang besar itu untuk menciptakan masyarakat yang makmur sehingga kesenjangan sosial menjadi rendah dan kemiskinan dapat segera teratasi. Kenyataan yang terjadi saat ini adalah pembangunan yang berlandaskan pada kepentingan pemilik modal.
Satu contoh pembangunan supermarket besar yang dimiliki perusahaan tanpa memikirkan pasar tradisional yang menghidupi masyarakat bawah. Bahkan belakangan merambah mini market yang mematikan warung kecil. Kondisi seperti ini adalah contoh ketidak seimbangan yang terjadi yang menyebabkan kesenjangan sosial dan kemiskinan. Di era perdagangan bebas bangsa ini bisa jadi termasuk warung kecil itu. Karena Negara maju sudah memiliki berbagai produk yang berkualitas dan siap dipasarkan sedangkan kita masih menjadi bangsa konsumtif. Begitu perdagangan bebas di buka maka bangsa ini juga akan siap menjadi bangsa miskin. Produk yang bisa kita jual ke Negara lain tidak banyak sedangkan kita lebih banyak membeli dari Negara lain. Ketidak seimbangan ekspor dan impor ibarat hanya akan menambah hutang selanjutnya dapat dipastikan menjadi gulung tikar.
KEBIJAKAN ANTI KEMISKINAN

Kebijakan anti kemiskinan dan distribusi pendapatan mulai muncul sebagai salah satu kebijakan yang sangat penting dari lembaga-lembaga dunia, seperti Bank Dunia, ADB,ILO, UNDP, dan lain sebagainya.
Tahun 1990, Bank Dunia lewat laporannya World Developent Report on Proverty mendeklarasikan bahwa suatu peperangan yang berhasil melawan kemiskinan perlu dilakukan secara serentak pada tiga front :
(i)       Pertumbuhan ekonomi yang luas dan padat karya yang menciptakan kesempatan kerja danpendapatan bagi kelompok miskin,
(ii)        Pengembangan SDM (pendidikan, kesehatan, dan gizi), yang memberi mereka kemampuan yang lebih baik untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang diciptakan oleh pertumbuhan ekonomi,
(iii)       Membuat suatu jaringan pengaman sosial untuk mereka yang diantara penduduk miskin yang sama sekali tidak mamu untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan dari pertumbuhan ekonomi dan perkembangan SDM akibat ketidakmampuan fisik dan mental, bencana alam, konflik sosial, dan terisolasi secara fisik.
Untuk mendukung strategi yang tepat dalam memerangi kemiskinan diperlukan intervensi-intervensi pemerintah yang sesuai dengan sasaran atau tujuan perantaranya dapat dibagi menurut waktu, yaitu :

1.      Intervensi jangka pendek, berupa :
-  Pembangunan/penguatan sektor usaha Kerjsama regional
-   Manajemen pengeluaran pemerintah (APBN) dan administrasi
-   Desentralisasi
-   Pendidikan dan kesehatan
-  Penyediaan air bersih dan pembangunan perkotaan
-  Pembagian tanah pertanian yang merat
2.      Pembangunan sektor pertanian, usaha kecil, dan ekonomi pedesaan
3.      Manajemen lingkungan dan SDA
4.      Pembangunan transportasi, komunikasi, energi dan keuangan
5.      Peningkatan keikutsertaan masyarakat sepenuhnya dalam pembangunan
6.      Peningkatan proteksi sosial (termasuk pembangunan sistem jaminan sosial)


KESIMPULAN
Jadi  kesenjangan sosial tidak semata-mata karena faktor internal dan kebudayaan, tetapi lebih disebabkan oleh adanya hambatan struktural yang membatasi serta tidak memberikan peluang untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang tersedia. Kendati faktor internal dan kebudayaan (kebudayaan kemiskinan) mempunyai andil sebagai penyebab kesenjangan sosial, tetapi tidak sepenuhnya menentukan.
Di Indonesia, kemiskinan merupakan salah satu masalah besar. banyak studi empiris yang memang membuktikan adanya suatu relasi trade off yang kuat antara laju pertumbuhan pendapatan dan  tingkat kemiskinan, hubungan negatif tersebut tidak sistematis. Namun, dari beberapa studi empiris yang pernah dilakukan, pendekatan yang digunakan berbeda-beda dan batas kemiskinan yang dipakai beragam pula, sehingga hasil atau gambaran mengenai hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan juga berbeda.
Sumber:
Kelompok 4:
Adelia Nursitasari (20216113)
Muhammad Baharudin Alamsyah (24216750)
Shely Apriliana (26216997)


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 Adelia Nursita Sari - Devil Survivor 2 - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -