- Home >
- Sejarah Perekonomian Indonesia
Posted by : adelia nursita sari
Kamis, 30 Maret 2017
- KONDISI
PEREKONOMIAN INDONESIA PADA MASA PENJAJAHAN
A.Kajian Tentang Sistem
Perekonomian Indonesia di Masa Kolonial Belanda
Pertengahan dasawarsa tahun 1960-an terdapat beberapa arsip Belanda dan Indonesia yang berisikan tentang sistem administrasi pada masa pemerintahan Belanda yang terjadi pada abda ke-19 dan abad ke-20 yang dibuka untuk umum.Contohnya sistem tanam paksa yang menimpa para petani di Pulau Jawa saat itu, banyak sejarahwan yang berpendapat bahwa hal itu telah menjadikan petani di Jawa menjadi lebih miskin, padahal tidak demikian.
Pertengahan dasawarsa tahun 1960-an terdapat beberapa arsip Belanda dan Indonesia yang berisikan tentang sistem administrasi pada masa pemerintahan Belanda yang terjadi pada abda ke-19 dan abad ke-20 yang dibuka untuk umum.Contohnya sistem tanam paksa yang menimpa para petani di Pulau Jawa saat itu, banyak sejarahwan yang berpendapat bahwa hal itu telah menjadikan petani di Jawa menjadi lebih miskin, padahal tidak demikian.
- Sejarah
Sistem Perekonomian Indonesia di Masa Sistem Tanam Paksa
Menurut sejarah, sejarah perekonomian
Indonesia mencatat bahwa ditahun 1830 terjadi kebangkrutan yang dialami
oleh pemerintah penjajah akibat dari Perang Diponegoro tahun 1825 – 1930 yang
merupakan perang terbesar di tanah Jawa dan juga Perang Paderi tahun 1821 –
1837 di Sumatera Barat. Kemudian Jendral Van den Bosch selaku Gubernur saat itu
memperoleh izin untuk menerapkan Sistem Tanam Paksa atau yang disebut dengan
Cultuur Stelsel yang memiliki tujuan utama untuk menutupi defisit dari besarnya
anggaran pemerintah serta untuk mengumpulkan kembali kas pemerintahan yang
habis terpakai. Dengan memaksa para petani untuk bekerja hingga 4 kali lebih
lama dari jam kerja biasa dengan tujuan pokok agar kapasitas hasil pertanian
meningkat demi untuk meningkatkan kondisi ekonomi pemerintahan Belanda
saat itu.Memang dari hasil sistem Tanam Paksa ini berhasil meningkatkan
sejumlah komoditi pertanian hingga dapat dieskpor ke Eropa, sehingga semakin
tinggi penghasilan yang didapat oleh pemerintahan Belanda saat itu namun upah
yang diberikan kepada kaum petani tidak seimbang dibanding tenaga dan jerih
payah yang mereka keluarkan di masa sistem tanam paksa tersebut.
- KONDISI
PEREKONOMIAN INDONESIA PADA MASA ORDE LAMA
Sebagai orang yang pertama
memimpin Indonesia Soekarno adalah peletak dasar perekonomian
indonesia. Beberapa kebijakan yang diambil dibawah pemerintahan Soekarno
diantaranya :
- Nasionalisasi
Bank Java menjadi Bank Indonesia.
- Mengamankan
usaha-usaha yang menyangkut harkat hidup orang banyak
- Berusaha
memutuskan kontrol Belanda dalam bidang perdagangan ekspor-impor
- Serta
beberapa kebijakan lainya yang ditujukan untuk memajukan perekonomian
indonesia.
Setelah
kemerdekaan hingga tahun 1965, perekonomian Indonesia memasuki era yang sangat
sulit, karena bangsa Indonesia menghadapi gejolak sosial, politik dan keamanan
yang sangat dahsyat, sehingga pertumbuhan ekonomi kurang diperhatikan.
Kegiatan ekonomi masyarakat sangat minim, perusahaan-perusahaan besar saat itu merupakan perusahaan peninggalan penjajah yang mayoritas milik orang asing, dimana produk berorientasi pada ekspor. Kondisi stabilitas sosial- politik dan keamanan yang kurang stabil membuat perusahaan-perusahaan tersebut stagnan. Pada periode tahun 1950-an Indonesia menerapkan model guidance development dalam pengelolaan ekonomi, dengan pola dasar Growth with Distribution of Wealth di mana peran pemerintah pusat sangat dominan dalam mengatur pertumbuhan ekonomi (pembangunan semesta berencana).
Model ini tidak berhasil, karena begitu kompleknya permasalahan ekonomi, sosial, politik dan keamanan yang dihadapi pemerintah dan ingin diselesaikan secara bersama-sama dan simultan. Puncak kegagalan pembangunan ekonomi orde lama adalah terjadi hiper inflasi yang mencapai lebih 500% pada akhir tahun 1965. Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut, Indonesia bergantian menggunakan sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi komando.
Kegiatan ekonomi masyarakat sangat minim, perusahaan-perusahaan besar saat itu merupakan perusahaan peninggalan penjajah yang mayoritas milik orang asing, dimana produk berorientasi pada ekspor. Kondisi stabilitas sosial- politik dan keamanan yang kurang stabil membuat perusahaan-perusahaan tersebut stagnan. Pada periode tahun 1950-an Indonesia menerapkan model guidance development dalam pengelolaan ekonomi, dengan pola dasar Growth with Distribution of Wealth di mana peran pemerintah pusat sangat dominan dalam mengatur pertumbuhan ekonomi (pembangunan semesta berencana).
Model ini tidak berhasil, karena begitu kompleknya permasalahan ekonomi, sosial, politik dan keamanan yang dihadapi pemerintah dan ingin diselesaikan secara bersama-sama dan simultan. Puncak kegagalan pembangunan ekonomi orde lama adalah terjadi hiper inflasi yang mencapai lebih 500% pada akhir tahun 1965. Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut, Indonesia bergantian menggunakan sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi komando.
Perekonomian Pada Masa Orde Lama 1945-1966
- Pada
awal kemerdekaan, pembangunan ekonomi Indonesia mengarah perubahan
struktur ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional, yang bertujuan untuk
memajukan industri kecil untuk memproduksi barang pengganti impor yang
pada akhirnya diharapkan mengurangi tingkat ketergantungan terhadap luar
negeri.
- Sistem
moneter tentang perbankan khususnya bank sentral masih berjalan seperti
wajarnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya hak ekslusif untuk mencetak
uang dan memegang tanggung jawab perbankan untuk memelihara stabilitas
nasional. Bank Indonesia mampu menjaga tingkat kebebasan dari pengambilan
keputusan politik.
- Sejak
tahun 1955, pembangunan ekonomi mulai meramba ke proyek-proyek besar. Hal
ini dikuatkan dengan keluarnya kebijakan Rencana Pembangunan Semesta
Delapan Tahun (1961). Kebijakan ini berisi rencana pendirian proyek-proyek
besar dan beberapa proyek kecil untuk mendukung proyek besar tersebut.
- Rencana
ini mencakup sektor-sektor penting dan menggunakan perhitungan modern.
Namun sayangnya Rencana Pembangunan Semesta Delapan Tahun ini tidak
berjalan atau dapat dikatakan gagal karena beberapa sebab seperti adanya
kekurangan devisa untuk menyuplai modal serta kurangnya tenaga ahli.
- Perekonomian
Indonesia pada masa ini mengalami penurunan atau memburuk.
- Terjadinya
pengeluaran besar-besaran yang bukan ditujukan untuk pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi melainkan berupa pengeluaran militer untuk biaya
konfrontasi Irian Barat, Impor beras, proyek mercusuar, dan dana bebas
(dana revolusi) untuk membalas jasa teman-teman dekat dari rezim yang
berkuasa.
- Perekonomian
juga diperparah dengan terjadinya hiperinflasi yang mencapai 650%. Selain
itu Indonesia mulai dikucilkan dalam pergaulan internasional dan mulai
dekat dengan negara-negara komunis.
Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Keadaan
ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk, antara lain disebabkan
oleh:
1. Inflasi
yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang
secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI
menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De
Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan
Jepang Kemudian pada tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for
Netherlands East Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA di
daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga
mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti
uang Jepang. Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang beredar
mempengaruhi kenaikan tingkat harga.
2. Adanya
blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu
perdagangan luar negri RI.
3. Kas
negara kosong.
4. Eksploitasi
besar-besaran di masa penjajahan.
Usaha-usaha
yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi, antara lain :
a. Program
Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir. Surachman dengan
persetujuan BP-KNIP, dilakukan pada bulan Juli 1946.
b. Upaya
menembus blokade dengan diplomasi beras ke India, mangadakan kontak dengan
perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda di Sumatera dengan
tujuan ke Singapura dan Malaysia.
c. Konferensi
Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan yang bulat
dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak, yaitu : masalah
produksi dan distribusi makanan, masalah sandang, serta status dan administrasi
perkebunan-perkebunan.
d. Pembentukan
Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947.
e. Rekonstruksi
dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948 untuk mengalihkan tenaga bekas
angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
f. Kasimo
Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan dengan beberapa petunjuk
pelaksanaan yang praktis.
Dengan
swasembada pangan, diharapkan perekonomian akan membaik (Mazhab Fisiokrat :
sektor pertanian merupakan sumber kekayaan).
Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
- Masa
ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya
menggunakan prinsip-prinsip liberal.
- Perekonomian
diserahkan pada pasar sesuai teori-teori mazhab klasik yang menyatakan
laissez faire laissez passer.Padahal pengusaha pribumi masih lemah dan
belum bisa bersaing dengan pengusaha nonpribumi, terutama pengusaha Cina.
Pada
akhirnya sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang baru
merdeka
Usaha-usaha
yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain :
- Gunting
Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950, untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun.
- Nasionalisasi
De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 lewat UU
no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.
Program
Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan wiraswastawan pribumi dan
mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing
dengan membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya
pada importir pribumi serta memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan
pribumi agar nantinya dapat berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional.
Namun usaha ini gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif
dan tak bisa bersaing dengan pengusaha non-pribumi.
- Sistem
ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak
Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina dan
pengusaha pribumi. Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan
latihan-latihan pada pengusaha pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit
dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional. Program ini tidak berjalan
dengan baik, karena pengusaha pribumi kurang berpengalaman, sehingga hanya
dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah.
- Pembatalan
sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya, akan tetapi
pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih
perusahaan-perusahaan tersebut.
Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
- Sebagai
akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem
demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem
etatisme (segala-galanya diatur oleh pemerintah).
- Dengan
sistem ini, diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama dan persamaan
dalam sosial, politik,dan ekonomi (Mazhab Sosialisme).
- Akan
tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini
belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia.
Kebijakan-kebijakan
ekonomi yang diambil pemerintah di masa itu:
a. Devaluasi
yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang sebagai berikut: Uang
kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas pecahan Rp 1000 menjadi Rp
100, dan semua simpanan di bank yang melebihi 25.000 dibekukan.
b. Pembentukan
Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia
dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi
perekonomian Indonesia. Bahkan pada 1961-1962 harga barang-barang naik 400%.
c. Devaluasi
yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000 menjadi Rp
1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah
lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih
tinggi. Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah
meningkatkan angka inflasi.
d. Kegagalan-kegagalan
dalam berbagai tindakan moneter itu diperparah karena pemerintah tidak
menghemat pengeluaran-pengeluarannya.
e. Pada
masa ini banyak proyek-proyek mercusuar yang dilaksanakan pemerintah, dan juga
sebagai akibat politik konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara Barat.
Sekali
lagi, ini juga salah satu konsekuensi dari pilihan menggunakan sistem demokrasi
terpimpin yang bisa diartikan bahwa Indonesia berkiblat ke Timur (sosialis)
baik dalam politik, ekonomi, maupun bidang-bidang lain.
Sitem Perekonomian
Selama
masa orde lama, berbagai sistem ekonomi telah mewarnai perekonomian Indonesia,
antara lain :
- Sistem
ekonomi Pancasila & Ekonomi Demokrasi
: Awal Berdirinya RI
- Liberalis
: Awal 1950an – 1957an
- Sistem
Etatisme
: Awal 1958an – orde baru
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Selama Orde Baru
Hingga Saat Ini
1. Kondisi
Ekonomi Indonesia pada Masa Orde baru (1966-1998)
Kesejahteraan rakyat telah menjadi korban dan
ambisi para petualan politik. Atas dasar kesadran tersebut, maka pada awal Orde
Baru Stabilisasi Ekonomi menjadi proritas utama.
a. Stabilisasi
Ekonomi
Pada permulaan Orde Baru, program
pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama pada
usaha pengendalian tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara, dan
pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pelaksanaan pembangunan Orde Baru bertumpu
kepada program yang dikenal dengan sebutan “ Trilogi Pembangunan” yaitu sebagai
berikut :
a)
Pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya menju kepada terciptanya keadilan social bagi
seluruh rakyat Indonesia.
b)
Pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi.
c)
Stabilitas
yang sehat dan dinamis.
Pelaksanaan Pola Umum Pembangunan
jangka panjang (25-30 tahun) dilakukan Orde Baru secara periodic 5 tahunan yang
disebut Pelita (Pembangunan Lima Tahun).
·
Pelita I
(1969-1974), sasaran yang hendak dicapai adalah tersedianya pangan, sandang,
papan, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Pelita 1 menekankan
pembangunan di bidang pertanian.
·
Pelita II
(1974-1979), sasaran yang hendak dicapai adalah tersedianya pangan, sandang,
papan, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rakyat.
·
Pelita
III (1979-1984), sasaran yang hendak dicapai adalah Trilogi Pembangunan.
·
Pelita IV
(1984-1989), sasaran yang hendak dicapai adalah di bidang pertanian tercapainya
swasembada pangan.
·
Pelita V
(1989-1994), sasaran yang hendak dicapai adalah upaya peningktan semua segi
kehidupan bangsa.
·
Pelita VI
(1994-1998), Pemerintah menitikberatkan pembangunan ekonomi yang berkaitam
dengan industri dan pertanian, serta pembangunan dan peningkatan sumber daya
manusia sebagai pendukunggnya.
b. Dampak
Revolusi Hijau dan Indiustrialisasi
Berikut upaya yang dilakukan
Pemerintah Indonesia untuk menggalakkan revolusi hijau antara lain :
a) Intensifikasi
Pertanian.
b) Ekstensifikasi
Pertanian.
c) Diversifikasi
Pertanian.
d) Rehabilitasi
Pertanian.
Berikut dampak positif revolusi
hijau antara lain :
a) Memberikan
lapangan kerja bagi para petani maupun buruh tani.
b) Kekurangan
bahan pangan dapat teratasi.
c) Sektor
pertanian mampu menjadi pilar penyangga Perekonomian Indonesia.
c. Dampak
Kebijakan Ekonomi Orde Baru
Dampak Positif :
1)
Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi.
2)
Swasembada
beras.
3)
Penurunan angka kemiskinan
2. Akhir
Orde Baru
Krisis moneter yang melanda
kawasan asia Tenggara menyebabkan ketidakstabilan Perekonomian Indonesia sejak
pertengahan Juli 1997.
3. Era
Reformasi
Reformasi merupakan suatu
perubahan tatanan perikehidupan lama dengan tatanan perikehidupan yang baru dan
secara hukum menuju kearah perbaikan. Reformasi tahun 1998 menuntut adanya
pembaharuan dalam bidang politik, sosial, ekonomi, dan hokum Masalah yang mendesak
adalah upaya mengatasi kebutuhan pokok (sembako) dengan harga yang terjangkau
masyarakat.
a. Masa
Kepemimpinan B. J. Habibie (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999)
Pada saat pemerintahan presiden
B.J Habibie yang mengawali masa reformasi belum melakukan perubahan-perubahan
yang cukup berarti di bidang ekonomi. B. J. Habibie diangkat menjadi presiden
menggantikan Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998. Tugasnya adalah Melanjutkan
kebijakan yang telah dibuat oleh sebelumnya,
kemudian Habibie membentuk kabinet yang diberi nama Kabinet Reformasi
Pembangunan. Berikut upaya-upaya yang dilakukan Habibie di bidang ekonomi
antara lain :
1) Merekapitulasi
perbankan.
2) Merekonstruksi
Perekonomian Indonesia.
3) Melikuidasi
beberapa bank bermasalah.
4) Menaikkan
nilai tukar rupiah terhadap dollar hingga di bawah Rp. 10.000
5) Mengimplementasikan
Reformasi ekonomi yang diisyaratkan oleh IMF.
Presiden B.J Habibie jatuh dari
pemerintahannya karena melepaskan wilayah Timor-timor dari Wilayah Indonesia.
b. Masa
Kepemimpinan Abdurrahman Wahid (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999)
Pada masa kepemimpinan presiden
Abdurrahman Wahid pun belum ada tindakan yang cukup berati untuk menyelamatkan
Indonesia dari keterpurukan. Kepemimpinan Abdurraman Wahid berakhir karena
pemerintahannya mengahadapi masalah-masalah yang kontroversial.
c. Masa
Kepemimpinan Megawati Soekarno Putri (23 Juli 2001-20 Oktober 2004)
Masa kepemimpinan Megawati
mengalami masalah-masalah yang mendesak yang harus diselesaikan yaitu pemulihan
ekonomi dan penegakan hokum. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasai
persoalan-persoalan ekonomi antara lain :
1) Melakukan
pembayaran utang luar negeri.
2) Memelihara
dan memantapkan stabilitas Negara.
3) Memantapkan
ekonomi nasional.
4) Privatisasi
BUMN.
5) Memperbaiki
kinerja ekspor.
d. Masa
Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (20 Oktober 2004-2014)
Berikut kondisi dan
kebijakan-kebijakan masa kepemimpinan SBY di bidang ekonomi antara lain :
1)
Hingga
Maret 2005 utang luar negeri U$$136.6 miliar dan masa penundaan utang paris
club 3 sudah habis.
2)
Seratus
hari pertama lebih banyak bicara ekonomi makro dari pada secara spesifik
program peningkatan ekspor.
3)
Pada
tanggal 19 Desember 2004 SBY menaikkan haraga “BBM Mewah”.
4)
Melanjutkan
pertumbuhan ekonomi Megawati, diperkirakan pertumbuhan ekonomi nya naik hingga
4,4-4,9% dan inflasi meningkat yakni 5,5%.
5)
Menaikkan
pendapat perkapita dengan mengandalkan pembangunan infrasruktur missal dengan
mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor dengan janji akan
memperbaiki iklim investasi.
e. Perkembangan
Ekonomi di Tahun 2015
Awal tahun 2015 menjadi momentum
tepat untuk memprediksi kondisi perekonomian Indonesia kedepan. Sebagai salah
satu negara yang baru saja mengalami perombakan politik, serangkaian kebijakan
baru tentunya akan mempengaruhi proyeksi ekonominya. Meskipun laju perekonomian
di tahun lalu mengalami perlambatan, namun sejumlah ahli dan ekonom justru
memprediksi bahwa di tahun 2015 perekonomian Indonesia akan mengalami
peningkatan. Bagaimana hal ini dapat terjadi? Bahkan ditengah kondisi ekonomi
internasional yang terbilang pesimis dalam beberapa tahun terakhir? Berikut ini
sejumlah data yang dikumpulkan dari data-data Bank Indonesia dan sejumlah
kalangan mengenai perkembangan ekonomi di tahun 2015.
Pada pertengahan Januari lalu, Bank Indonesia menetapkan untuk mempertahankan
BI Rate sebesar 7,75%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga
Deposit Facility masing-masing tetap pada level 8,00% dan 5,75%. Kemudikan
dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap perkembangan ekonomi Indonesia di 2014
dan prospek ekonomi 2015 dan 2016 yang menunjukkan bahwa kebijakan tersebut
masih konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4±1%
pada 2015 dan 2016, dan mendukung pengendalian defisit transaksi berjalan ke
tingkat yang lebih sehat.
Mengacu pada evaluasi terhadap
perekonomian di tahun lalu, di tahun ini Bank Indonesia memperkirakan
perekonomian Indonesia semakin baik, dengan pertumbuhan ekonomi yang
lebih tinggi dan stabilitas makroekonomi yang tetap terjaga, ditopang oleh
perbaikan ekonomi global dan semakin kuatnya reformasi struktural dalam
memperkuat fundamental ekonomi nasional.
Perekonomian Indonesia tahun 2014
diprakirakan tumbuh sebesar 5,1%, melambat dibandingkan dengan 5,8% pada tahun
sebelumnya. Dari sisi eksternal, perlambatan tersebut terutama dipengaruhi oleh
ekspor yang menurun akibat turunnya permintaan dan harga komoditas global,
serta adanya kebijakan pembatasan ekspor mineral mentah. Meskipun ekspor secara
keseluruhan menurun, ekspor manufaktur cenderung membaik sejalan dengan
berlanjutnya pemulihan AS. Dari sisi permintaan domestik, perlambatan tersebut
didorong oleh terbatasnya konsumsi pemerintah seiring dengan program
penghematan anggaran.
Sementara itu, kegiatan investasi juga masih tumbuh
terbatas. Kinerja pertumbuhan ekonomi yang masih cukup tinggi terutama ditopang
oleh konsumsi rumah tangga yang tetap solid. Pada tahun 2015, pertumbuhan
ekonomi diperkirakan akan lebih tinggi, yaitu tumbuh pada kisaran 5,4-5,8%.
Berbeda dengan 2014, di samping tetap kuatnya konsumsi rumah tangga, tingginya
pertumbuhan ekonomi di 2015 juga akan didukung oleh ekspansi konsumsi dan
investasi pemerintah sejalan dengan peningkatan kapasitas fiskal untuk
mendukung kegiatan ekonomi produktif, termasuk pembangunan infrastruktur.
Reference:
Nama Anggota :
Ø
Adelia Nursita Sari : 20216113
Ø
Muhammad Baharudin Alamsyah : 24216750
Ø
Shely Apriliana :
26216997